KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, kami
ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nyalah maka kami bisa
menyelesaikan sebuah makalah pengantar Maternitas yang berjudul "PERSIAPAN
PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN PROSEDUR DIAGNOSTIK (PAP SMEAR, IVA,
KULTUR, KURET, ABORSI DAN BIOPSI”. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi
dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak
terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini. Diantaranya :
·
Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Budi Susatia, S.Kp, M.Kep
·
Ketua Jurusan
Keperawatan, Imam Subekti, S.Kp. M.Kep, Sp.Kom
·
Ketua Program
Studi D-III Keperawatan Lawang, Arief Bachtiar, S.Kep. Ns. M.Kep
·
Penanggung jawab
mata kuliah Maternitas, Ririn Anantasari, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. Mat
·
Dosen mata
kuliah Maternitas, Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A.Per. Pen. ,M.Kes
·
Kedua orang tua
yang memberikan bantuan berupa moril dan materil
·
Pihak-pihak lain
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan
yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan
sumbangsih positif bagi kita semua.
Lawang,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 4
B.
Rumusan Masalah 5
C.
Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN
A.
PAP SMEAR
1.
Definisi Pap Smear 6
2.
Manfaat Pap Smear 6
3.
Petunjuk pemeriksaan Pap Smear 7
4.
Kapan dilakukan Pap Smear 7
5.
Sampel/ bahan yang diperiksa 8
6.
Sarana prasana yang diperlukan 8
7.
Tekhnik pemeriksaan pap smear 8
B.
IVA
1.
Pengertian IVA 9
2.
Jadwal IVA 9
3.
Prosedur diagnosis IVA 10
4.
Cara penggunaan IVA 12
5.
Langkah –langkah pemeriksaan IVA 12
6.
Kategori IVA 13
C.
KULTUR
1.
Definisi kultur
14
2.
Komponen kultur 14
3.
Persiapan dan prosedur tindakan kultur 14
D.
KURET
1.
Pengertian kuret 15
2.
Indikasi kuret 16
3.
Persiapan kuret 16
4.
Pelaksanaan kuret 17
E.
ABORSI
1.
Pengertian aborsi 17
2.
Jenis – jenis aborsi 18
3.
Diagnosis aborsi 18
4.
Penatalaksanaan aborsi 19
F.
BIOPSI
1.
Pengertian 21
2.
Prosedur tindakan biopsi 22
3.
Efek samping terhadap pasien 23
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan 24
2.
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pap Smear merupakan suatu metode untuk
pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang
dilakukan secara cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau
serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pemeriksaan Pap Smear bertujuan untuk
mendeteksi sel-sel yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker
servik. Sedangkan wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smaer ini adalah
wanita yang telah aktif melakuakn hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa
usia subur, karena tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi
resiko kanker servik bagi mereka. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita
yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksaan diri (Sukaca, 2009).
IVA (inspeksi visual dengan
asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim
sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Dewasa ini banyak kita temukan berbagai macam
penyakit yang menyerang organ genetali pada wanita yaitu vagina,baik itu
merupakan penyakit yang ringan maupun penyakit yang membutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut.
Seperti
diantaranya sekret vagina, adanya bacteri atau virus tertentu yang menyerang
organ genetalia pada wanita yang tentunya itu akan sangat membahayakan
kesehatan khususnya organ vital pada wanita.
Sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada
vagina yang normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang
alami dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari
berbagai infeksi.
Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin
dalam kandungan. Masih banyak kasus lain yang lebih penting untuk dilakukan
kuretase , karena masalah tersebut menganggu kesehatan.
Dunia tidak hanya telah diporak -
porandakan oleh peperangan politis, keberingasan kriminal ataupun
ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari jutaan ibu yang
mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan umat
manusia terbesar sepanjang sejarah dunia.
Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105 nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan.
Hasil riset Allan Guttmacher Institute ( 1989 ) melaporkan bahwa setiap tahun sekitar 55 juta bayi digugurkan. Angka ini memberikan bukti bahwa setiap hari 150.658 bayi dibunuh, atau setiap menit 105 nyawa bayi direnggut sewaktu masih dalam kandungan.
Seperti telah kita ketahui kesehatan reproduksi bagi manusia sangatlah
penting. Karena dalam hal ini menyangkut masalah penerus generasi atau penerus
keturununan. Namun tidak dapat di pungkiri banyak penyebab terjadinya
infertilitas. Salah satunya yaitu penyakit menular seksual/ PMS. Namun seiring
dengan perkembangan tekhnologi ada beberapa penyakit yang dapat di tanggulangi
agar tidak terjadinya infertilitas yaitu dengan biopsy endometrium.
Oleh sebab itu kita sebagai seorang bidan haruslah mengetahui perkembangan
tekhnologi untuk mengatasi penyakit reproduksi, agar dapat memberikan saran
terbaik bagi klien kita kelak.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan pap smear
2. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan IVA
3. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan kultur
4. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan kuret
5. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan aborsi
6. Bagaimana persiapan pasien yang akan
dilakukan tindakan biopsi
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan pap smear
2. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan IVA
3. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan kultur
4. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan kuret
5. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan aborsi
6. Untuk
mengetahui prosedur tindakan pasien yang akan dilakukan biopsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pap Smear
1. Definisi Pap
Smear
Tes Pap Smear adalah
pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan
atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal
keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu
metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa
di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali
pada saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali
diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun
mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
2. Manfaat Pap
Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna
sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke
arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta
pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi
lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi
masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci
dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a.
Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam
mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba
fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b.
Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai
perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai.
c.
Interpretasi hormonal wanita.
Pap Smear bertujuan untuk
mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan
maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d.
Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk
menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur.
3. Petunjuk
Pemeriksaan Pap Smear
American
Cancer Society (2009) merekomendasikan semua
wanita sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara
seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau
lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes
kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan
tes setiap tahun.
Selain itu wanita yang telah
mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi.
Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks
tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig (2001), merekomendasikan
setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah aktif
secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik
normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki
partner seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada
saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari
setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat
pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes,
pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini
dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut
juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan
Pap Smear (Bhambhani, 1996).
Pemeriksaan Pap
Smear dilakukan paling
tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau yang telah melakukan hubungan
seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk melakukan Pap
Smear adalah tidak
sedang haid, tidak coitus 1 – 3
hari sebelum pemeriksaandilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan vaginal.
11
5.
Sampel / Bahan yang Diperiksa
Bahan yang dapat dijadikan
sampel adalah dari cervical/ vaginal smear, sputum, bronchial washing/
brushing, nasopharyngeal smear/ washing/ brushing, urin, cairan lambung/ pleura/ ascites/ sendi, liquor cerebrospinal, aspirat AJH,
inprint neoplasma. Sampel yang biasa digunakan adalah dari cervical/ vaginal
smear.
Sarana prasarana yang
diperlukan dalam pemeriksaan pap
smear antara lain : ruangan
khusus, meja ginekologi, tenaga ahli dan terampil, spekulum steril, peralatan yang menunjang untukpemeriksaan Pap
Smear (spatula, obyek
glass, cairan untuk fiksasi, tabung fiksasi, mikroskop), alat tulis (misal spidol
marker, label, pensil), formulir Pap
Smear, medical records,
laboratorium sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam menginterpretasikan
hasil, transportasi pengirimanhasil Pap Smear, sistem informasi untuk meyakinkan klien dalam melakukan kunjungan
ulang,kualitas sistem asuransi untuk memaksimalkan keakuratan.
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed
consent dan formulirPap Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam
posisi litotomi, pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksadalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke
dalam kanalis servikalis, lalu spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam.
Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam
larutan alkohol 96% selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap
direndam dalam alkohol) atau dikirim secara kering dengan mengeringkan sediaan
setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk
diperiksa.
B. IVA
(Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
1.
Pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas
sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif
(positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective
value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks
yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas
dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.
Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan
pada jaringan epitel.
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat
daripada larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan
pemberian asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
2.
Jadwal IVA
Program
Skrining Oleh WHO :
a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
(Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
d. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia
25-60 tahun.
e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan.
f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
3.
Prosedur Diagnosis IVA
a.
Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia
30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita
berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana
lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih
awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher
rahim, diantaranya sebagai berikut:
1)
Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
2)
Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
3)
Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau
gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
4)
Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
5)
Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
6)
Merokok
7)
Tidak sedang datang bulan/haid
8)
Tidak sedang hamil
9)
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis.,
HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma
atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka
memiliki HPV. (FK.UI.,dll., 2007).
b.
Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes
tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS
atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika
konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa
instruksi baik yang sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk
tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu
khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan dapat diberikan,
risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu merujuk untuk tes
tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.
c.
Penilaian Klien.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1) Riwayat menstruasi
2) Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3) Paritas
4) Usia pertama kali berhubungan seksual
5) Penggunaan alat kontrasepsi
d.
Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut
ini:
1) Meja periksa
2) Sumber cahaya/lampu
3) Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
4) Rak atau wadah peralatan
e.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes
IVA harus tersedia di tempat:
1) Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
2) Sarung tangan periksa harus baru
3) Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika
menonjol melalui bilah spekulum.
4) Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher
rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher
rahim (sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama
petugas melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan
untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan secara merata
pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK (sambungan
skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel glanduler
diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif
atau negatif) harus dibahas.
4. Cara Penggunaan
a. IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan
mulut rahim. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang
disebut aceto white epithelium.
b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes
IVA positif. Maka jika hal itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
c. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan.
d. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di
Puskesmas atau di tempat praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih
ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
5. Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA
a. Penilaian Klien
1) Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
2) Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
3) Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi yang
dibutuhkan.
b. Persiapan
1) Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
2) Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
3) Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci atau
membilas daerah genitalnya
4) Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
5) Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
6) Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain
bersih. Lalu palpasi perut.
7) Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan
desinfektan tingkat tinggi. Jika tersedia pakai sarung tangna kedua pada satu
tangan.
8) Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika
belum dilakukan.
c. Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat
1) Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
2) Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
3) Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
4) Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada posisi
dimana serviks tetap kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah luar,
masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan pindahkan sarung tangan dengan cara
memutarnya dari dalam keluar
**Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik
atau container yang tahan bocor.
**Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
5) Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
6) Pariksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista nabothi
atau ulkus.
7) Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari
serviks. Buang kapas lidi ke dalam kantong plastik atau kotak yang tahan bocor
8) Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah
transformasi.
9) Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
10) Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white
kelihatan.
11) Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari
aceto white epithelium.
12) Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan mucus,
darah, debris.
13) Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk
membersihkan sisa-sisa asam asetat pada serviks dan vagina.
14) Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan
spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat tinggi.
15) Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi)
6.
Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau
kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c.
IVA positif = ditemukan bercak
putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan
skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks
in situ).
d. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya
penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan
kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini
(stadium IB-IIA).
C. Kultur
1.
Definisi Sekret Vagina
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan yang jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,
sel sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina
yang normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami
dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari
berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut lebih jernih,
putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian.
2.
Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen
yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa
organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini
bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel
epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora
vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan
vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi
siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.
3.
Persiapan dan Prosedur Dalam Pengambilan Cairan Pervaginam dan Sekret
1. Persiapan dan Prosedur Dalam Pengambilan Cairan Pervaginam
a. Persiapan alat
1. Sarung tangan steril
2. Kapas lidi steril
3. Kassa steril
4. Larutan klorin 0,5%
5. Kapas Sublimat
6. Krim Antiseptik
7. Objek glass
8. Piring petri
9. 2 buah bengkok
10. Spekulum
11. Perlak
12. Dua buah wadah
13. Stetoskop
14. Celemek
15. Kain sekali pakai
b. Prosedur pengambilan secret :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien.
2. Mempersiapkan alat dan bahan, mendekatkan kepada pasien.
3. Memasang sampiran.
4. Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (Tetap jaga Privasi pasien).
5. Mengasang perlak di bawah bokong pasien.
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent).
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan.
10. Mengambil sekret Vagina dengan kapas lidi tangan yang dominan sesuai dengan kebutuhan.
11. Menghapuskan sekret vagina pada objek glass yang disediakan.
12. Membuang kapas lidi dalam bengkok.
13. Masukan objek glass dalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan di tutup.
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim
`ke laboratorium.
15. Membereskan alat.
16. Mencuci sarung tangan: klorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam klorin selama 10 menit.
17. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkannya dengan handuk bersih.
18. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
D.
Kuret
1.
Pengertian
Adalah kegiatan mempersiapkan alat dan pasien untuk
melakukan tindakan kuratage pada kasus kegawatan obstetrik dan ginekologi serta
diagnostik
2. Indikasi
Terapi perdarahan misalnya pada :
Terapi perdarahan misalnya pada :
a.
Abortus incipiens
b.
Abortus incomplete, rensio plasenta, mola hydotidosa
c.
Diagnsotik
3.
Persiapan
- Alat
- Alat steril
- Satu set alat kuret yang berisi :
- Speculum sim / I
- Tenaculum
- Pinset anatomis panjang
- Tampon tang
- Sonde uterus
- Abortus tang
- Sendok kuret tajam dan tumpul
- Duk lubang
- Kain kasa
- Sarung tangan
- Semprit 2,5 cc, 5 cc, 10 cc
- Kateter
- Tampon
- Kapas antiseptik
- Alat tidak steril
- Bengkok
- Perlak
- Ember/tempat sampah
- Pembalut wanita
- Tempat untuk jaringan PA + cairan pengawet
- Obat-obatan
- Uterotonica
- Analgetik
- Sedativa
- Obat anastesi
- Obat dan alat kesehatan untuk mengatasi syok
- Cairan desinfektan
- Formulir
- Formulir PA
- Formulir tindakan
o.
Pasien
- Cukur rambut pubis/bila perlu
- Vaginal toilet
- Posisi pasien lithotomic
- Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan menandatangani izin tindakan medik
- Lingkungan
- Tenang
- Cukup tenang
- Jaga “privacy” pasien
- Petugas
4.
Pelaksanaan
a. Mengukur :
- Tekanan darahNadi
- Suhu
- pernafasan
b. Memindahkan pasien ke meja
ginekologi kemudian mengatur posisi litotomi
c. Membantu dokter untuk tindakan kuret
d. Memberikan obat-obatan sesuai
program
e. Membersihkan dan merapikan pasien sesudah
dilakukan tindakan kuret.
f. Memasang pembalut wanita
g. Memindahkan pasien ke kereta dorong
h. Menyiapkan bahan untuk pemeriksaan
PA
i.
Mengobservasi
perkembangan pasien antara lain :
- Tingkat kesadaran
- perdarahan
j.
Memeriksa
kelengkapan pengisian formulir tindakan
k. Mencatat semua tindakan
Hal-hal yang
perlu diperhatikan
a. Observasi adanya perdarahan pasca
tindakan.
b. Pengiriman PA harus dilengkapi :
- Formulir yang sudah diisi lengkap oleh dokter
- Pasang label pada tempat pemeriksaan PA
c. Nama pasien
d. Nomor rekam medik
e. Diagnosa pasien
f. Tanggal pengembalian/pengiriman
g. Nama ruangan
E.
Aborsi
1.
Pengertian
Aborsi
Secara sederhana kata
aborsi adalah mati ( gugurnya ) hasil konsepsi. Artinya aborsi itu dapat
dimulai dari sejak benih wanita (ovum ) dengan benih pria ( sperma ) mengadakan
konsepsi. Kehidupan yang utuh dimulai dari dua benih menjadi satu ( TWO IS ONE
).
2.
Jenis-jenis
Aborsi :
· Abortus spontan :
a. Abortus imminens
Terjadi pendarahan bercak yangg menunjukan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamila
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
b. Abortus Insipiens
Pendarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda
dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukan
proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit
atau komplit.
c. Abortus Inkomplit
Pendarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
d. Abortus Komplit
Pendarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.
·
Abortus
Buatan
Adalah
abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yg bertujuan untuk mengakhiri
proses kehamilan. Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi atau
abortus provokatus.
·
Abortus
tidak aman (Unsafe abortion)
Upaya untuk
terminasi kahamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai
cukup keahlian dan prosedur standart yang aman sehingga dapat membahayakan
keselamatan jiwa pasien.
·
Abortus
Infeksiosa
Adalah
abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran virus kuman atau
toksin kedalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septikemia,
sepsis atau peritonitis.
·
Retensi
janin mati (missed abortion)
Pendarahan
pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati
hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya
dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan dan
pemeriksaan ulang.
3. Diagnosis
Evaluasi medik mencakup riwayat medik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
panggul untuk menegakkan diagnosis dan penentuan tindakan selanjutnya.
ü Riwayat Medik
ü Pemeriksaan Fisik
ü Pemeriksaan Panggul
ü Pemeriksaan dengan Spekulum (Inspekulo)
ü Pemeriksaan Bimanual
ü Nilai Besar dan Posisi Uterus
a. Uterus Anteversi
b. Uterus Retroversi
c. Uterus Lateroposisi
4. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal
Untuk penanganan yang memadai,
segera lakukan penilaian dari:
·
Keadaan umum
pasien
·
Tanda-tanda
syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi
> 112 kali per menit)
·
Bila syok
disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas
dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu
·
Tanda-tanda
infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah,
dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
·
Tentukan
melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
2. Penanganan Spesifik
1. Abortus Imminens
·
Tidak
diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
·
Anjurkan
untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual
·
Bila:
Ø Perdarahan berhenti, lakukan asuhan
antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
Ø Perdarahan terus berlangsung, nilai
kondisi janin. Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ektopik atau mola).
·
Pada
fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
2. Abortus Insipiens
·
Lakukan
prosedur evakuasi hasil konsepsi.
·
Bila usia
gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual
(AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu,
evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D & K).
·
Bila
prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar
dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:
Ø Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml
NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40
tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran
hasil konsepsi.
Ø Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi
15 menit kemudian.
Ø Misoprostol 400 mg per oral dan
apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam
dari dosis awal.
·
Hasil
konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau
prosedur dilatasi dan kuretase (hati-hati resiko perforasi).
3. Abortus Inkomplit
·
Tentukan
besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
·
Hasil
konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi
perdarahan:
Ø Bila perdarahan berhenti, beri
Ergometrin 0.2 mg IM atau Misoprostol 400 mg per oral.
Ø Bila perdarahan terus berlangsung,
evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau dilatasi dan kuretase (pilihan
tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks, dan keberadaan bagian-bagian
janin).
· Bila tidak ada tanda-tanda infeksi,
beri antibiotik profilaksis (Ampicillin 500 mg oral atau Doxycycline 100 mg).
· Bila terjadi infeksi, beri
Ampicillin 1 gr dan Metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
· Bila terjadi perdarahan hebat dan
usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM.
· Bila pasien tampak anemik, berikan
Sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (untuk anemia sedang) atau
transfusi darah (untuk anemia berat).
Oksitosin drip
Oksitosin drip diperlukan pada evakuasi sisa konsepsi pada kasus abortus
inkomplit trimester kedua. Dosis oksitosin untuk tindakan ini dapat mencapai
200 unit oksitosin dalam 500 ml cairan infus dengan kecepatan 30-40 tetes per
menit. Ini dilakukan untuk membuat uterus berkontraksi dengan baik agar dapat
mengeluarkan sisa konsepsi dan membuat dinding uterus tebal dan kuat (mencegah
perforasi). Perhatikan timbulnya efek samping dari pemberian oksitosin dosis
tinggi ini. Sebagai pengganti, dapat diberikan misoprostol 600 mg per oral.
Setelah prosedur selesai, pantau tanda vital pasien. Pantau tanda vital pasca
tindakan hingga pasien dianggap stabil.9
Perawatan pasca tindakan
Pantau tanda vital mulai dari saat
pasien masih berada di atas meja tindakan. Berikan antibiotik sebagai upaya
profilaksis, terutama apabila ditemui tanda-tanda infeksi. Berikan penjelasan:
-
Hindarkan
hubungan seksual atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina (tampon, bilasan)
hingga perdarahan benar-benar berhenti (5-7 hari).
-
Kesuburan
dapat kembali dalam 2 minggu pasca keguguran sehingga perlu dilakukan konseling
tentang kemungkinan akan terjadinya kehamilan atau tawaran menggunakan
kontrasepsi bila pasien belum ingin hamil.
-
Tempat
kunjungan ulang atau fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pertolongan
gawat darurat (bila diperlukan).9
4. Abortus Komplit
· Apabila kondisi pasien baik, cukup
diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet per hari untuk 3 hari.
·
Apabila
pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas ferosus 600 mg per hari
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu,
sayuran segar, ikan, daging, dan telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi
darah.
·
Apabila
tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotik, atau apabila
khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.
5.
Abortus Infeksiosa
·
Kasus ini
beresiko tinggi untuk terjadi sepsis. Apabila fasilitas kesehatan setempat
tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke Rumah Sakit.
·
Sebelum
merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui
infus dan berikan antibiotika (misalnya: Ampicillin 1 gr, Metronidazole 500
mg).
·
Jika ada
riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
·
Pada
fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika berspektrum
luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan
pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya
kejadian perforasi pada kondisi ini).
6.
Missed
Abortion
Missed
abortion seharusnya ditangani di Rumah Sakit atas pertimbangan:
·
Plasenta
dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi
(kuretase) akan lebih sulit dan risiko perforasi lebih tinggi.
·
Pada umumnya
kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam.
·
Tingginya
kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan
darah.
F. Biopsi
1. Pengertian biopsy endometrium/mikrokuretase
Mikrokuretase atau juga dikenal dengan istilah biopsi endometrium adalah
pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim
(endometrium). Mikrokuretase dilakukan dengan mengambil percontoh sel
endometrium memakai kuret kecil khusus yang dimasukkan melalui saluran leher
rahim (kanalis servikalis) ke dalam rongga rahim.
Gambaran dari sel endometrium tersebut dapat mencerminkan apakah ovulasi
sudah terjadi, karena perubahan hormon estrogen dan progesteron secara siklik
mempengaruhi tampilan perubahan sel endometrium sesuai dengan fasenya. Selain
itu, juga untuk pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap
tuberkulosis, pertumbuhan endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal),
atau pertumbuhan endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
Suatu biopsi endometrium dilakukan
untuk:
- biopsi endometrium dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab dari beberapa abnormal hasil pap test
- menemukan penyebab pendarahan rahim berat, berkepanjangan, atau tidak teratur. Hal ini sering dilakukan untuk mengetahui penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah melalui menopause.
- melihat apakah dinding rahim ( endometrium ) akan melalui perubahan siklus haid normal.
- Wanita dengan anovulasi kronis seperti polycystic ovary syndrome akan meningkatkan risiko untuk masalah endometrium dan biopsi endometrium mungkin berguna untuk menilai mereka lapisan khusus untuk menyingkirkan hiperplasia endometrium atau kanker.
- Pada wanita dengan kelainan pendarahan vagina, biopsi dapat menunjukkan adanya lapisan abnormal seperti hiperplasia endometrium atau kanker
- Pada pasien dengan dicurigai kanker rahim, biopsi dapat menemukan adanya sel kanker di endometrium atau leher rahim.
- Pada wanita infertilitas penilaian lapisan dapat menentukan, jika benar waktunya, bahwa pasien ovulasi, Namun, informasi yang sama dapat diperoleh dengan tes darah progesterone level.
2. Prosedur tindakan biopsy endometrium
Aturan persiapan
untuk pasien:
- Mikrokuretase biasanya dilakukan pada hari ke 21-22 siklus haid normal.
- Mikrokuretase dilakukan jika uji kehamilan menunjukkan hasil negatif karena terdapat risiko bahwa tindakan ini dapat meng-gangu kehamilan dini.
- Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina).
- Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan.
- Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan.
- Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri
- Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang dan periksa kembali ke dokter 2 minggu kemudian.
- Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang), dan juga mengalami bercak darah (spotting). Perdarahan ringan dan spotting dapat menetap hingga siklus haid berikutnya (sekitar 7 hari lagi).
Ada beberapa cara untuk melakukan biopsi endometrium. Dokter mungkin menggunakan:
- perangkat lunak strawlike (pipelle) untuk mengambil contoh kecil dari lapisan di rahim. Metode ini cepat dan tidak menyakitkan.
- Sebuah alat yang tajam bermata disebut kuret. Dokter akan mengikis sampel kecil dan mengambilnya dengan jarum suntik atau hisap. Ini disebut dilatasi dan kuretase (D & C). A & P dapat dilakukan untuk mengendalikan perdarahan uterus berat (perdarahan) atau untuk membantu menemukan penyebab pendarahan. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum atau regional.
- Suatu alat elektronik hisap (Vabra aspirasi). Metode ini menyebabkan tidak nyaman.
- Sebuah semprotan cair (irigasi jet) untuk mencuci dari beberapa jaringan yang melapisi rahim. Sebuah sikat dapat digunakan untuk menghapus beberapa lapisan sebelum dilakukan pencucian
- Pasien terletak di meja periksa dalam posisi yang sama dengan yang digunakan untuk mendapatkan Pap smear. Dokter menggunakan spekulum untuk membuka saluran vagina dan memvisualisasikan serviks, pembukaan ke rahim. Selama biopsi endometrium, dokter memasukkan plastik tipis atau perangkat logam berbentuk tabung melalui leher rahim ke dalam rahim untuk menghapus sepotong kecil dari jaringan lapisan dalam.
3. Efek samping terhadap pasien
Adapun efek samping dari biopsy endometrium:
- Resiko utama adalah rasa sakit atau kram, tetapi ini biasanya mereda cepat mengikuti prosedur.
- Setelah prosedur, beberapa pasien mungkin mengalami pendarahan.
- Sebuah perforasi rahim atau infeksi komplikasi jarang terjadi.
- Risiko lainnya kurang umum seperti pingsan atau pusing, infeksi mungkin, perdarahan, dan jarang, perforasi rahim.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan :
Adapun kesimpulan dari pembahasan dari makalah
ini ialah Pap
smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher
rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit,
serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang mudah,
aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir
di dinding vagina (Dianada, 2008).
IVA adalah kegiatan mempersiapkan alat dan pasien
untuk melakukan tindakan kuratage pada kasus kegawatan obstetrik dan ginekologi
serta diagnostik
Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan yang jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri,
sel sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu
sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina
yang normal, pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami
dari tubuh untuk memnbersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari
berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut lebih jernih,
putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian.
Kuret adalah kegiatan mempersiapkan alat dan pasien
untuk melakukan tindakan kuratage pada kasus kegawatan obstetrik dan ginekologi
serta diagnostik
Pada akhirnya,
dapat kita katakan bahwa perilaku aborsi di kalangan remaja ini senantiasa
terus meningkat dan bervariasi untuk persebaran usianya. Hal ini tentu menjadi
suatu keprihatinan bagi kita semua yang ujung-ujungnya menjadi sebuah momok
yang “mengerikan” bagi rupa generasi muda penerus bangsa Indonesia di kemudian
hari. Mau dibawa kemana masa depan bangsa Indonesia jika kondisi para
pemuda-pemudinya saat ini adalah mereka yang hidupnya bebas tanpa kontrol yang
signifikan dari berbagai pihak dan selanjutnya adalah penjajahan yang terus
menerus “abadi” di bumi Indonesia dalam bentuk bukan penjajahan fisik melainkan
penjajahan di bidang “mode”, “ekonomi”, “pendidikan”, “keilmuan”, hingga
“akhlak dan moralitas”.
Biopsy endometrium di gunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap rahim
dengan mengambil sedikit bagian dari endometrium dengan menggunakan tekhnologi.
Selain itu, juga untuk pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap
tuberkulosis, pertumbuhan endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal), atau
pertumbuhan endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
2. Saran :
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah
sebaiknya seorang wanita yang telah menikah
harus melakukan Pap Smear sedini mungkin. Agar bila terdapat gejala-gejala
kanker dapat diketahui sejak dini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, AAA dan Uliyah , M (2008), Keterampilan
Dasar praktik Klinik untuk kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.
Ambarwati, RE dan Sunarsih, T
(2009), KDPK KEBIDANAN, Jogjakarta,
Noha Medika.
Talley, j Nicholas dan O’conor, s (1994), Pemeriksaan Klinis Pedoman Diagnostik Fisik, Jakarta, Bina Rupa
Aksara.
orton, GP (2005), Panduan Pemeriksaan
Kesehatan,Jakarta, EGC.
Moyet, CJL (2007), Buku Saku
Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif dkk (2000), kapita selekta kedokteran, Jakarta,
Media Aesculapius.
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi
di Indonesia.
Field, Tiffany. Diego, Miguel. Dieter, John. Hernandez-Reif, Maria.
Schanberg, Saul. Kuhn, Cynthia. Yando, Regina. Bendell, Debra. 2004. Prenatal
Depression Effects on The Fetus and The Newborn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar