Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari
masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai,
tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih
dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis
untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang
pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada
disekitarnya.
Banyak ahli menguraikan pengertian
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi
keluarga menurut beberapa ahli dalam (Jhonson R, 2010) :
1. Raisner
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dan dua
orang atau lebih masing – masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, kakak, dan nenek.
2. Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
3. Spradley dan
alllender
Satu atau lebih yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan
tugas.
4.
Departemen
Kesehatan RI
Keluarga merupakan unti terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a)
Terdiri dari
dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b)
Anggota keluarga
biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama
lain.
c)
Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing mempunyai peran sosial
: suami, istri, anak, kakak dan adik.
d)
Mempunyai
tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan
fisik, psikologis, dan sosial anggota.
b.
Tipe atau bentuk keluarga
Gambaran tentang pembagian Tipe
Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe Keluarga dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Pengelompokan
secara Tradisional
Secara
Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :
a) Nuclear
Family (Keluarga Inti)
Adalah keluarga
yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.
b) Extended
Family (Keluarga Besar)
Adalah
keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
2. Pengelompokan
secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualism, maka tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, diantaranya :
a Tradisional Nuclear
Adalah :
Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah
satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b Niddle Age/Aging Couple
Adalah :
suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau
kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/menikah/meniti karier.
c Dyadic Nuclear
Adalah :
suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
d Single Parent
Adalah :
keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar
rumah.
e) Dual Carrier
Adalah :
Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki
anak.
f) Three Generation
Adalah :
keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
g) Comunal
Adalah :
keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih
yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h) Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah :
keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
i) Composite /Keluarga Berkomposisi
Adalah :
sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara
bersama-sama dalam satu rumah.
j) Gay and Lesbian Family
Adalah :
keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
c.
Peranan keluarga
Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai
berikut
1.
Ayah sebagai
suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.
2.
Ibu sebagai
istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3.
Anak – anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
d.
Tugas keluarga
Pada dasarnya ada delapan tugas
pokok keluarga, tugas pokok tersebut ialah :
1.
Pemeliharaan
fisik keluarga dan para anggotanya.
2.
Pemeliharaan
sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.
3.
Pembagian
tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing – masing.
4.
Sosialisasi
antar anggota keluarga.
5.
Pengaturan
jumlah anggota keluarga.
6.
Pemeliharaan
ketertiban anggota keluarga.
7.
Membangkitkan
dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
e. Stuktur keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan
gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam
masyarakat. Adapun macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal
Adalah
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah
: sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang
tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga
Kawin
Adalah : hubungan suami-istri
sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
f.
Fungsi keluarga menurut friedmen
(2010) sebagai berikut :
1. Fungsi
afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama
adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya
dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi
sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan
sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi
reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi
ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarga.
5. Fungsi
pemeliharaan kesehatan
Yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi.
g. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan
Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal
masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan
perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu dirinya
sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan
suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarga.
5. Mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Konsep Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan data yang perlu
dikaji pada proses perawatan keluarga dengan masalah Diabetes Mellitus menurut
Friedman (1998) meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi perawatan
kesehatan.
1. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji
antara lain: nama keluarga, amanat dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe
keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi, status kelas
keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang keluarga.
2. Data lingkungan keluarga, data yang perlu
dikaji antara lain: karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar
dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan
interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.
3. Struktur keluarga yang terdiri dai: pola
komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh anggota
keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi dalam keluarga
berfungsi atau tidak, seberapa balk setiap anggota keluarga menjadi pendengar,
jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, apakah
keluarga melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan. Struktur kekuatan
keluarga: yang perlu dekaji antara lain: siapa yang mengambil keputusan dalam
keluarga, ,siapa yang mengambil keputusan penting seperti anggaran keluarga,
pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin dan aktivitas anak serta proses
dalam pengambilan keputusan dengan concerisus tawar-menawar dan sebagainya.
Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran
dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran,
bagaimana perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku
fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa yang mempengaruhi anggota
keluarga, siapa yang memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan,
pengalaman baru, peran dan tekhnik komunikasi. Peran informal: peran informal
dan peran yang tidak jelas apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota
keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan
peran yang dilaksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang
biasanya melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan
nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang
dianut oleh keluarga, nilai mu keluarga seperti siapa yang berperan dalam
mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa depan,
kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga
dan komunitas yang lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai
keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai
terhadap keluarga, apakah keluarga menganut nilai-nilai keluarga secara sadar
atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri,
bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
4. Fungsi keluarga terdiri dan: fungsi afektif,
atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan keluarga dan respon, apakah anggota
keluarga merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga, apakah orang tua /
pasangan mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain,
bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang
berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga
mempunyai orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana
anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating
mendukung, apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan
hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga dengan anggota yang
lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota keluarga yang
lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan
dengan anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di
keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga. Fungsi sosial, data yang perlu
dikaji adalah: bagaimana keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area
orang: kontrol perilaku, disiplin, penghargaan, hukuman, otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan perilaku sesuai dengan
usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan peran membesarkan anak/fungsi anak
atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara
pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang
dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat
masalah dalam membesarkan anak, factor resiko apa yang memungkinkan, apakah
lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat bermain
dan istirahat (kamar tidur sendiri). Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji,
berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak, metode apa
yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah anak.
5. Stress dan koping keluarga hal yang perlu
dikaji, stressor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga berespon
dalam masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi difungsional
dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to head.
6. Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi;
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
data yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan Reumatik
yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan persepsi
keluarga terhadap masalah.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah Diabetes militus, hal yang
perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya
masalah Diabetes MeIlitus, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga
pasrah terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya,
apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada
informasi yang salah terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.
c. Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Diabetes Meilisus, data yang perlu dikaji adalah sejauh
mana keluarga mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada, sikap keluarga terhadap sakit.
d. Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan
rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat keuntungan
atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit,
bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana
kekompakan keluarga.
e. Kemampuan
kelu1irga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan,
keuntungan-keuntungan dan fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, ada pengalaman yang kurang
baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh
keluarga,
b. DIAGNOSA
KEPERAWATAN KELUARGA
Pengelompokan data
Kegiatan ini sama dengan analisa
data pada asuhan keperawatan klinik. Perawat mengelompokkan data hasil
pengkajian dalam data subjektif dan objektif, kemudian menganalisa masalah
(problem) dan penyebab (etiologi) timbulnya masalah.
Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen diagnosa keperawatan
keluarga sama dengan pada asuhan keperawatan klinik, yang meliputi masalah (problem),
penyebab (etiologi) dan sign/symptom (tanda/gejala). Perumusan diagnosa
keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri atas :
1.
Masalah (problem) à pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
2.
Penyebab (etiologi) à suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada 5
tugas keluarga.
3.
Tanda/gejala (sign/symptom) à sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak langsung, yang mendukung masalah dan
penyebab.
c. Penatalaksanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat
menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk
perencanaan keperawatan keluarga (family care plan).
Berikut ini, petunjuk sederhana dalam menyusun rencana
asuhan keperawatan :
o Masalah/Problem à digunakan
untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau jangka pendek-panjang.
o Penyebab/ Etiologi à digunakan
untuk merumuskan kriteria/standar yang diharapkan sebagai tolak ukur suatu
keberhasilan
o Tanda-gejala/Sign-symptom à digunakan
untuk mendukung perumusan rencana tindakan/intervensi keperawatan keluarga
dengan berorientasi pada kriteria dan standar.
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga,
meliputi kegiatan yang bertujuan :
1.
Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan
kesehatan dengan cara :
a.
Memberikan informasi yang tepat
b.
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c.
Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a.
Mengidentifikasi konsekwensinya bila tidak melakukan tindakan
b.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
c.
Mendiskusikan tentang konsekwensi tipe tindakan
3.
Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara :
- Mendemonstrasikan cara perawatan
- Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
- Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4.
Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga, dengan cara :
- Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
- Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin
5.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya, dengan cara :
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga
- Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun
rencana asuhan keperawatan keluarga yaitu :
1.
Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi keluarga
2.
Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca
indera perawat dengan objektif
3.
Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan
dapat diminimalisasi
Berikut ini, contoh rencana asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah pada lansia!
·
Tujuan jangka panjang : Lansia
selama tinggal bersama keluarga Bapak An tidak terjatuh
·
Tujuan jangka pendek : Setelah
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang ke-5 melalui kunjungan kerumah,
keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
·
Kriteria hasil
Pengetahuan
:
o Keluarga dapat menyebutkan bahaya
lingkungan yang mungkin terjadi akibat lantai yang licin
o Keluarga dapat menyebutkan akibat
yang dapat diderita lansia bila jatuh
o Keluarga dapat menyebutkan cara
mencegah lansia jatuh akibat lantai yang licin
Sikap :
o Keluarga mengkomunikasi lingkungan
yang membahayakan lansia dengan anggota keluarga lainnya
o Keluarga mampu memutuskan untuk
menyediakan sarana yang aman bagi lansia
Psikomotor :
o Keluarga menyediakan sarana yang
aman bagi lansia
o Keluarga dapat memodifikasi
lingkungan rumah yang aman bagi lansia
·
Rencana tindakan (intervensi
keperawatan)
o Mendiskusikan tentang bahaya lantai
yang licin
o Mendiskusikan akibat bila lansia
terjatuh
o Mendiskusikan cara mencegah lansia
terjatuh
o Mengajarkan kepada keluarga cara
untuk menyelesaikan masalah lansia dengan keluarga
o Tanpa waktu yang disepakati dengan
keluarga, perawat melaksanakan observasi terhadap lansia selama dalam rumah dan
diluar rumah
o Bersama keluarga memodifikasi
lingkungan yang aman di dalam dan di luar rumah
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi
perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan pengertian
Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya. Pada tahap
ini ada 2 (dua) evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat meliputi :
1.
Evaluasi
formatif/respons à bertujuan untuk menilai hasil
implementasi secadra bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan
kontrak pelaksanaan
2.
Evaluasi
sumatif/hasil akhir à bertujuan menilai secara
keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan, apakah rencana
diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau
dihentikan
a. Subyektif : Pernyataan
atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan
baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
b. Obyektif : Data
yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran
perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.
c. Analisa : Pernyataan
yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan ditanggulangi.
d. Planning :
Rencana yang ada dalam
catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang
dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
Konsep Teori Penyakit
1.
Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic
yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi.
(Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin atau
hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit
kristal asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan
inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam
urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam
urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.
2.
Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a.
Faktor
genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b.
Penyebab
sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal
yang akan menyebabkan :
-
Pemecahan
asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
-
Karena
penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti : aspirin,
diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
3.
Pathofisiologi
Adanya
gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat
tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia),
sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia
merupakan hasil :
a.
Meningkatnya
produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya
ekskresi asam urat.
c.
Kombinasi
keduanya.
Saat asam
urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat
tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada
penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat
tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan
hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan
akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi
hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan
tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana
tidak ada gejala selama serangan gout.
Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago,
membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan,
lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal
seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran,
eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
4. Pathway
Gout atritis
(kelainan
metabolik


Kristal asam
urat mengendap kristal asam
urat





klien
bertanya-tanya


kurang
pemahaman


|
|
![]() |

Keterbatasan
dalam melakukan

|
5.
Manifestasi
Klinis
a.
Nyeri tulang sendi
b.
Kemerahan
dan bengkak pada tulang sendi
c.
Tofi pada
ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d.
Peningkatan
suhu tubuh.
Gangguan akut :
o Nyeri hebat
o Bengkak dan
berlangsung cepat pada sendi yang terserang
o Sakit kepala
o Demam.
Gangguan kronis :
o Serangan
akut
o Hiperurisemia
yang tidak diobati
o Terdapat
nyeri dan pegal
o Pembengkakan sendi membentuk noduler
yang disebut tofi (penumpukan monosodium urat dalam jaringan)
5. Penatalaksanaan Medik
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
a.
Pengobatan
serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), Colchicine 1,0-3,0 mg
(dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi
diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c.
Kompres
dingin
d. Diet rendah
purin
e.
Terapi
farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f.
Colchicines
(oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam urat
oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid,
obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol
untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah serangan.
i.
Uricosuric
(Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam urat dan
menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal
ginjal).
j.
Terapi
pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenezid 0,5
g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap
benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2
kali/hari.
6.
Komplikasi
a.
Erosi,
deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi
dan albuminuria.
c.
Kerusakan
tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
7.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Laju
sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP
meningkat (leukositosis)
c.
Ditemukan
kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pada
pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus akan tampak
kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e.
Pemeriksaan
sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus dan destruksi
tulang dan perubahan sendi
8.
Pencegahan
a.
Pembatasan
purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati,
lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
b. Kalori
sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan
asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan
tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
c.
Tinggi
karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah
protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e.
Rendah lemak
: Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
f.
Tinggi
cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan
durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
g. Tanpa
alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma.
Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Lukman,
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.
Cet.1. Jakarta : EGC.
Price,
Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ;
Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Setiadi.
2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia.
Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun.
2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.
Syaifiddin.
2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar