LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DEMENSIA
DISUSUN OLEH :
1. Ratna Aristya Rachmaningrum (1301200025)
2. Tio Feni Putri Amalia (1301200026)
3. Niawatul Apriliya (1301200027)
4. Dimas Bagus Tikno (1301200028)
5. Ajeng Dwi Retno Dewi (1301200029)
6. Nurmasari (1301200030)
7. Winda Yuni Lestari (1301200031)
8. Aris Susandrianto (1301200032)
9. Elok Faiqotul Latifah (1301200033)
10. Layyinatus Syifah (1301200034)
11. Asyifa Felayati Nur Azani (1301200035)
12. Irma Dian Arsita (1301200036)
13. Rizka Alfia (1301200037)
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN
KEPERAWATAN
PRODI
DIII KEPERAWATAN LAWANG
2015
KONSEP
DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Demensia
adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas
social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006)
Sindrom
demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif,
emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia
tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel
yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral
dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk
mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai
berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
B. Etiologi
Disebutkan
dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala
demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan
sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V.
2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari
gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah),
demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya
disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap
penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan
peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit
degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang
menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose – etiologi dapat ditegakkan
melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese,
gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing,
2006)
Lima puluh
sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer
adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari
otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004).
Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan
juga penurunan proses berpikir.
C. Klasifikasi
Ø Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia,
50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan
penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai
dengan gejala :
·
Penurunan
fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
·
Daya
ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif,
·
Tidak
mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
·
Perubahan
kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan)
·
Kehilangan
inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum
diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan
biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang
strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
Ø Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya
defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat
gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
·
Peningkatan
reflek tendon dalam,
·
Respontar
eksensor,
·
Palsi
pseudobulbar,
·
Kelainan
gaya berjalan,
·
Kelemahan
anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia
kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi
Alzheimer.
Pencegahan pada demensia ini dapat
dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok,
aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia
vaskuler :
·
Terdapat
gejala demensia
·
Hendaya
fungsi kognitif biasanya tidak merata
·
Onset
mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
D. Tanda dan Gejala
Secara
umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut :
1.
Menurunnya
daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
- Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
- Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
- Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
- Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
E.
Patofisiologi
Penyakit
Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab
spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika
berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini
kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang
berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi
biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur
abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak
amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter
tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian
penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid
menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih
besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]).
Keluarga-keluarga dngan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak
sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa
diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang
berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah
diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer
dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah
sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan
filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang
diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan
untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan
pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.
Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat
sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan
bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi
penanda molecular di sel-sel tersebut.
Demensia
multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi.
Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya,
berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang
menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya
dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark
mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear
pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara
peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian
besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy yang
lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati
selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80%
di antaranya menderita demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal
dunia. (Mickey Stanley, 2006)
F.
Pemeriksaan
Diagnosis
Pemeriksaan diagnosis difokuskan
pada hal-hal berikut ini:
·
Pembedaan
antara delirium dan demensia
·
Bagian
otak yang terkena
·
Penyebab
yang potensial reversible
·
Perlu
pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
·
Pemeriksaan
untuk mengingat 3 benda yg disebut
·
Mengelompokkan
benda, hewan dan alat dengan susah payah
·
Pemeriksaan
laboratonium, pemeriksaan EEC
·
Pencitraan
otak amat penting CT atau MRI
G.
Penatalaksanaan
Beberapa
kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional
dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada
waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium,
termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai.
Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi
diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan
pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis
suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan
farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu.
Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan
farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis
demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang
tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan
audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi
saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus
karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi,
kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode
waktu yang lama.
Jika
diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit
kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik.
Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit
jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus
diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan
perfusi serebral dan fungsi kognitif.
·
Obat untuk demensia
1) Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis
Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing
agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian
secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh
defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic
ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena
dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular.
2) Cholinedan lecithin
Defisit
asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis
tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk
mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan
lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian
tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan
terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung
negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum
mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
3) Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian
neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida
dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan
kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki
daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
4) Nootropic agents
Dari
golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam
terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya
berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi
serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi
oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung,
serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk
memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
5) Dihydropyridine
Pada
lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels
menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk
mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk
mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis
Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa
dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif
untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial.
H.
Pencegahan
dan Perawatan
Hal
yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat
merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak
untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat
membuat mental kita sehat dan aktif.
·
Kegiatan
rohani & memperdalam ilmu agama.
·
Tetap
berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi.
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan
dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak
kita tetap sehat.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Tanda dan
Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan
demensia adalah sebagai berikut :
1. Kesukaran dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari
- Pelupa
- Sering mengulang kata-kata
- Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
- Cepat marah dan sulit di atur.
- Kehilangan daya ingat
- Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
- Kurang konsentrasi
- Kurang kebersihan diri
- Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
- Tremor
12. Kurang koordinasi gerakan
2.
Diagnosa
keperawatan
1. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan
hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan
stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
2. Perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori
(penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri)
ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
3. Sindrom stress relokasi berhubungan
dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan
kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah
laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku
agresif.
4. Perubahan pola tidur
berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan
kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan kemandiriannya ditandai
dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.
6. Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah,
curiga, mudah tersinggung.
7. Hambatan komunikasi verbal
berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat,
orang dan waktu.
8. Risiko terhadap perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan
sensori.
9. Risiko terhadap cedera berhubungan
dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas
kejang.
3.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Perubahan
proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi,
tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu mengenali perubahan
dalam berpikir.
Kriteria
Hasil :
·
Mampu
memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk menjalani konsekuensi kejadian yang
menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
·
Mampu
mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative.
·
Mampu
mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor penyebab.
·
Mampu
memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman, dan
kebingungan
|
1.
Kembangkan
lingkungan yang mendukung dan hubungan klien-perawat yang terapeutik.
2.
Kaji
derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku.
3.
Pertahankan
lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
4.
Lakukan
pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
5.
Tatap
wajah ketika berbicara dengan klien.
6.
Panggil
klien dengan namanya.
7.
Gunakan
suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien.
8.
Gunakan
kata-kata pendek, kalimat dan ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan.
9.
Berhenti
sejenak di antara kalimat/pertanyaan. Beri isyarat tertentu, gunakan kalimat
terbuka.
10.
Dengarkan
dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan pertanyaan, arti,
dan kata. Beri kata yang benar.
11.
Hindari
kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative.
12.
Gunakan
distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
13.
Hindari
klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan.
14. Gunakan hal yang humoris saat
berinteraksi pada klien.
|
1. Mengurangi kecemasan dan
emosional, seperti kemarahan, meningkatkan pengembangan evaluasi diri yang
positif dan mengurangi konflik psikologis.
2. Memberikan dasar perbandingan yang
akan datang dan memengaruhi rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi
secara berulang dapat meningkatkan respon yang negative/tingkat frustasi.
3. Kebisingan merupakan sensori
berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.
4. Pendekatan terburu-buru
menyebabkan klien bingung, kesalahan persepsi/perasaan, terancam.
5. Menimbulkan perhatian, terutama
pada klien dengan gangguan perceptual.
6. Nama adalah bentuk identitas diri
dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien.
7. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
tinggi dank eras menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi dan
respons marah.
8. Seiring perkembangan penyakit,
pusat komunikasi dalam otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien
dalam respons penerimaan pesan dan percakapan secara keseluruhan.
9. Menimbulkan respons verbal, meningkatkan
pemahaman. Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman positif.
10. Mengarahkan perhatian dan
penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan
frustasi.
11. Provokasi menurunkan harga diri
dan merupakan ancaman yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai.
12. Lamunan membantu dalam
meningkatkan disorientasi. Orientasi pada realita meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan (kebahagiaan) personal.
13. Keterpaksaan menurunkan
keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi.
14.
Tertawa
membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi
|
2
|
Perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan
tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan perubahan persepsi sensori klien
dapat berkurang atau terkontrol.
Kriteria
Hasil :
·
Mengalami
penurunan halusinasi.
·
Mengembangkan
strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur prilaku.
·
Mendemonstrasikan
respon yang sesuai stimulasi.
·
Perawat
mampu mengidentifikasi factor eksternal yang berperan terhadap perubahan
·
Kemampuan
persepsi sensori
|
1. Kembangkan lingkungan yang
suportif dan hubungan perawat –klien terapeutik.
2. Bantu klien untuk memahami
halusinasi.
3. Beri informasi tentang sifat
halusinasi ,hubungannya dengan stresor/pengalaman emosional yang
traumatic,pengobatan dan cara mengatasi.
4. Kaji derajat sensori atau gangguan
persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan
penglihatan atau pendengaran.
5. Ajarkan strategi untuk mengurangi
stress.
6. Anjurkan untuk menggunakan kaca
mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan.
|
1. Keterlibatan otak memperlihatkan
masalah yang bersifat asimetris menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada
salah satu sisi tubuh (gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa
lapar.
2.
Untuk
menurunkan kebutuahan akan halusinasi.
3.
Meningkatkan
masukan sensori,membatasi /menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi
4.
Meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien.
5.
Meningkatkan
koping dan menurunkan halusinasi.
6. Untuk membantu klien dalam
memahami halusinasi
|
3
|
Sindrom
stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas,
mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku
curiga, dan tingkah laku agresif.
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
perubahan aktivitas sehari- hari dan lingkungan.
Kriteria
Hasil :
·
Mengidentifikasi
perubahan.
·
Mampu
beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari- hari.
·
Mempertahankan
rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif.
·
Membuat
pernyataan positif tentang lingkungan yang baru
·
Memperlihatkan
penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan penyesuaian kehidupan.
·
Mampu
menunjukan tentang perasaan yang sesuai/tidak cemas dan rasa takut berkurang.
·
Tidak
menyimpan pengalaman menyakitkan.
·
Menggunakan
bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan pada lingkungan baru
|
1.
Jalin
hubungan saling mendukung dengan klien.
2.
Orientasikan
pada lingkungan dan rutinitas baru.
3.
Kaji
tingkat stressor (seperti penyesuaian diri, krisis perkembangan, peran
keluarga, akibat perubahan status kesehatan).
4.
Tempatkan
pada ruangan pribadi jika mungkin dan bergabung dengan orang terdekat dalam
aktivitas perawatan, waktu makan, dan sebaginya.
5.
Tentukan
jadwal aktivitas yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin.
6.
Identifikasi
kekuatan klien yang dimiliki sebelumnya.
7.
Berikan
penjelasan dan informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa.
8.
Catat
tingkah laku, munculnya perasaan curiga/paranoid, mudah tersinggung,
defensive.
9.
Pertahankan
keadaan tenang. Tempatkan dalam lingkungan tenang yang memberikan kesempatan
untuk “beristirahat”.
10.
Atasi
tingkah laku agresif dengan pendekatan yang tenang.
11.
Gunakan
sentuhan jika tidak mengalami paranoid/sedang mengalami agitasi sesaat.
12. Rujuk ke sumber pendukung
perawatan diri.
|
1. Untuk membangun kepercayaan dan
rasa aman.
2. Menurunkan kecemasan dan perasaan
terganggu.
3. Untuk menentukan persepsi klien
tentang kejadian dan tingkat serangan.
4. Perawatan di rumah sakit mengubah
aktivitas klien dan meningkatkan masalah tingkah laku. Memberi kesempatan
mengontrol lingkungan dan melindungi dari kelainan tingkah laku.
5. Konsistensi mengurangi kebingungan
dan meningkatkan rasa kebersamaan.
6.
Memfasilitasi
bantuan dengan komunikasi dan manajemen dari kekurangan sekarang serta
selanjutnya.
7. Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling percaya dan orientasi. Saat klien mengetahui
secara perlahan tentang apa yang terjadi, koping klien akan meningkat.
8. Stress meningkat, rasa tidak
nyaman/nyeri fisik dan kelelahan mencetuskan penurunan tingkah laku dan
gangguan komunikasi. Perilaku katastropik ini menimbulkan panic dan rasa
bermusuhan.Menenangkan situasi dan member klien waktu untuk memperoleh
kendali terhadap perilaku dan emosinya.
9.
Rasa
diterima menurunkan rasa takut, dan respons agresif.
|
4
|
Perubahan
pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur
pada klien.
Kriteria
Hasil :
·
Memahami
factor penyebab gangguan pola tidur.
·
Mampu
menentukan penyebab tidur inadekuat.
·
Mampu
memahami rencana khusus untuk menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat.
·
Mampu
menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang (melamun).
·
Tampak
atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
|
1.
Jangan
menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur
pada malam hari.
2.
Evaluasi
efek obat klien (steroid ,diuretik) yang mengganggu tidur.
3.
Tentukan
kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi
susu hangat).
4.
Memberika
lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi
ruang adekuat, suhu yang sesuai, menghindari kebisingan).
5.
Buat
jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda
vital, mengubah posisi).
6.
Berikan
kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan
aktivitas mental/fisik pada sore hari.
7.
Hindari
penggunaan “pengikatan” secara terus menerus.
8.
Evaluasi
tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
9.
Buat
jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat ini adalah waktu
untuk tidur.
10.
Berikan
makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung.
11.
Turunkan
jumlah minuman sore. Lakukan berkemih sebelum tidur.
12. Putarkan musik yang lembut atau
“suara yang jernih”.
|
1.
Hambatan
kortikal pada formasi reticular akan berkurang selama tidur, meningkatkan
respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat
selama tidur.
2. Gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan
psikologis dan fisiologis, sehingga irama sirkadian terganggu.
3. Aktivitas fisik dan mental yang
lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas
yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur.
4. Risiko gangguan sensori,
meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
5. Peningkatan kebingungan,
disorientasi, tingkah laku tidak kooperatif (sindrom sundower) dapat
mengurangi tidur.
6. Penguatan bahwa saatnya tidur dan
mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur
diindikasikan agar klien membuang kelebihan energy dan memfasilitasi tidur.
7. Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk.
8. Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk berkemih selama malam hari.
9.
Menurunkan
stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang
akan menghambat tidur
10. Irama sirkadian (siklus
tidur-bangun)yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat.
11. Derangement psikis terjadi bila
terdapat penggunaan kortikosteroid, termasuk perubahan mood, insomnia.
12.
Mengubah
pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti
mengganggu tidur.
|
5
|
Kurang
perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya daya
tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
|
Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat merawat dirinya sesuai
dengan kemampuannya.
Kriteria
Hasil :
·
Mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
·
Mampu
mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memberikan bantuan.
|
1.
Identifikasi
kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak
fisik, apatis/ depresi, penurunan kognitif seperti apraksia.
2.
Identifikasi
kebutuhan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan
rambut / kuku / kulit, bersihkan kaca mata, dan gosok gigi.
3.
Perhatikan
adanya tanda-tanda nonverbal yang fisiologis.
4.
Beri
banyak waktu untuk melakukan tugas.
5.
Bantu
mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
|
1.
Memahami
penyebab yang mempengaruhi intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan
menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.
2.
Seiring
perkembangan penyakit, kebutuhan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3.
Kehilangan
sensori dan penurunan fungsi bahasa menyebabkan klien mengungkapkan kebutuhan
perawatan diri dengan cara nonverbal, seperti terengah-engah, ingin berkemih
dengan memegang dirinya.
4.
Pekerjaan
yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan kepercayaan untuk
hidup.
|
6.
|
Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat
ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan koping individu menjadi efektif.
Kriteria
Hasil :
·
Mampu
menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi.
·
Mampu
menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
·
Mengakui
dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat
tanpa haraga diri yang negatif
|
1.
Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
2.
Dukung
kemampuan koping.
3.
Pernyataan
pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian
tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang sehat.
4.
Beri
dukungan psikologis secara menyeluruh.
5.
Bentuk
program aktivitas pada keseluruhan hari.
6.
Anjurkan
orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya
semaksimal mungkin.
7.
Dukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam
aktivitas rehabilitasi.
8. Monitor gangguan tidur peningkatan
konsentrasi, letargi, dan withdrawal
Kolaborasi
|
1. Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
2. Kepatuhan terhadap program latihan
dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber
bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar
terhadap aktivitas dengan mepertahankan patisipasi aktif.
3. Membantu klien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
4. Klien Demensia sering merasa malu,
apatis, tidak adekuat, bosan dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat
disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan
terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas).
5. Bentuk program aktivitas pada
keseluruhan hari untuk mencegha waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat
mengarah pada tidak adanya keinginan dari apatis. Setiap upaya dibuat untuk
mendukung klien keluar darii tugas-tugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya
kemampuan koping.
6. Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses
rehabilitasi
7. Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
8. Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut
Kolaborasi
1. Dapat memfasilitasi perubahan
peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasama fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada kejadian ini.
|
7.
|
Hambatan
komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan
disorientasi tempat, orang dan waktu.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan
komunikasi verbal.
Kriteria
Hasil :
·
Membuat
teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
|
1.
Kaji
kemampuan klien untuk berkomunikasi.
2.
Menentukan
cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau
papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
3. Letakkan bel/lampu panggilan di
tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada
klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
Kolaborasi
1.
Kolaborasi
dengan ahli wicara bahasa.
|
1.
Untuk
memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.
2. Untuk menentukan tingkat kemampuan
klien dalam berkomunikasi.
3.
Untuk
membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi
miskomunikasi.
Kolaborasi
1. Memberikan terapi bicara pada
klien.
|
8.
|
Risiko
terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mudah lupa, kemunduran hobi, perubahn sensori.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mendapat nutrisi yang
seimbang.
Kriteria
Hasil :
·
Mengubah
pola asupan yang benar.
·
Mendapat
diet nutrisi yang seimbang.
·
Mempertahankan/
mendapat kembali berat badan yang sesuai.
·
Ikut
serta dalam aktifitas yang mempermudah koping adaptif.
|
1.
Kaji
pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan.
2.
Usahakan/
berikan bantuan dalam memilih menu.
3.
Berikan
makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan.
4. Hindari makanan yang terlalu panas.
Kolaborasi :
1.
Rujuk
atau konsultasikan dengan ahli gizi
|
1.
Bantuan
diperlukan untuk mengembangkan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan /
makan yang disukai
2.
Identifikasi
kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan.
3.
Klien
tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi.
4.
Makan
makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai.
5. Makan panas mengakibatkan mulut
terbakar atau menolak untuk makan
|
9.
|
Risiko
terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot
tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Risiko cedera tidak terjadi .
Kriteria
Hasil :
·
Meningkatkan
tingkat aktivitas.
·
Dapat
beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera.
·
Tidak
mengalami trauma/cedera.
·
Keluarga
mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk
memperbaikinya
|
1.
Kaji
derajat gngguan kemampuan,tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi
visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin
timbul.
2.
Hilangkan
sumber bahaya lingkungan.
3.
Alihkan
perhatian saat perilaku teragitasi.
4.
Gunakan
pakaian sesuai dengan lingkungan fisik/kebutuhan klien.
5.
Kaji
efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
6.
Hindari
penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal
bersama klien selama periode agitasi akut
|
1.
Mengidentifikasi
risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya. Klien
dengan tingkah laku impulsif berisiko trauma karena kurang mampu
memgendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko terjatuh.
2.
Klien
dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal terjadi trauma akibat
tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar.
3.
Mempertahankan
keamanan dengan menghindari konfrontasi yang meningkatkan risiko terjadinya
trauma.
4.
Perlambatan
proses metabolism mengakibatkan hipotermia. Hipotalamus dipengaruhi proses
penyakit yang menyebabkan rasa kedingina.
5.
Klien
yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar
toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan
6. Membahayakan klien, meningkatkan
agitasi dan timbul risiko fraktur pada klien lansia (berhubungan dengan
penurunan kalsium tulang)
|
5.
Evaluasi
1)
Mampu
memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi.
2)
Perubahan
persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol.
3)
Mampu
beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas.
4)
Perubahan
pola tidur tidak terjadi atau terkontrol.
5)
Perawatan
diri dapat terpenuhi.
6)
Klien
menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
7)
Teknik/metode
klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi
8)
Nutrisi
klien seimbang
9)
Risiko
cedera tidak terjadi.
FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR LANSIA
Nama
Klien : Tn.S
Umur : 80 thn
Alamat
asal : Lumajang
Jenis
Kelamin : Laki – laki
1.
PERSEPSI
– PENGELOLAAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
·
Riwayat penyakit yang lalu : pernah
dirawat di RS tahun 2005 dengan penyakit jantung.
·
Merokok : Tidak
·
Minum Kopi : 2 gelas/hari
·
Suka makan asin : Tidak Suka makan manis : Tidak
·
Mengkonsumsi makanan berlemak : Kadang
·
Alkohol : Tidak
·
Mengkonsumsi obat-obatan dijual
bebas/tanpa resep : Tidak
·
Alergi ( Obat, makanan, plester, cairan
) : Ya Macam : Ikan laut dan Ayam potong Reaksi : Kulit gatal
2.
AKTIVITAS
LATIHAN
Tingkat
kemandirian dalam kehidupan sehari-hari ( Indeks Barthel )
No
|
Kriteria
|
Skor
Yang Didapat
|
||
1
|
Makan
|
10
|
||
2
|
Berpakaian
dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya
|
15
|
||
3
|
Personal
toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi
|
5
|
||
4
|
Keluar
masuk toilet ( mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram )
|
10
|
||
5
|
Mandi
|
5
|
||
6
|
Berjalan
di permukaan datar ( jika tidak bisa dengan kursi roda
|
5
|
||
7
|
Naik
turun tangga
|
10
|
||
8
|
Mengenakan
pakaian
|
10
|
||
9
|
Kontrol
bowel ( BAB )
|
10
|
||
10
|
Kontrol
Bladder ( BAK )
|
10
|
||
Jumlah
|
90
|
|||
Interpretasi
:
Jika
skore 90 : Mandiri
Alat
Bantu : Tidak
3.
NUTRISI
DAN METABOLIK
Jenis
makanan saat ini dan suplemen :
·
Diet makanan pantangan yang dijalani
saat ini : Ya Macam : Ikan laut dan Ayam
potong
·
Program diit saat ini : Tidak
·
Jumlah porsi setiap kali makan : cukup Frekwensi dalam 1 hari : 2 kali
·
Nafsu makan : Normal
·
Kesukaran menelan : Tidak
·
Gigi palsu : Tidak
·
Gigi ompong : Ya Bagian bawah: Sebagian ompong
·
Jumlah cairan/minum : 1-2 ltr/hari
4.
ELIMINASI
·
Kebiasaan defekasi ( BAB ) : 1 kali/hari
·
Pola BAB saat ini : dalam batas normal (
DBN )
·
Kebiasaan BAK : 4-5 kali/hari
5.
TIDUR-ISTIRAHAT
·
Kebiasaan Tidur : 5 Jam/Malam Hari 2 Jam/Tidur Siang Nyenyak Tidur: Ya
·
Masalah tidur : Ya Terbangun malam hari : buang air kecil dan
sholat
6.
KOGNITIF-PERSEPTUAL
·
Keadaan mental : Stabil
·
Pengkajian emosional : Tidak ada masalah
·
Berbicara : Normal Bahasa yang dikuasai :
Indonesia dan Jawa
·
Kemampuan memahami : Ya
·
Kecemasan : Ringan
·
Pendengaran : Terganggu ( Kanan )
·
Penglihatan : Kacamata
·
Nyeri : Tidak
7.
TOLERANSI
KOPING STRES/PERSEPSI DIRI/KONSEP DIRI
·
Adakah penurunan harga diri : Tidak
·
Adakah ancaman kematian : Tidak
·
Adakah ancaman terhadap kesembuhan
penyakit : Tidak
·
Adakah masalah keuangan : Tidak
8.
SEXSUALITAS
REPRODUKSI
Tidak
terkaji
9.
PERAN-HUBUNGAN
·
Sistem pendukung : Pasangan ( Istri )
·
Interaksi dengan orang lain : Baik
·
Menutup diri : Tidak
·
Mengisolasi diri/diisolasi orang lain :
Tidak
10.
NILAI-KEYAKINAN
·
Agama yang dianut : Islam Pantangan agama : Tidak
11.
PENGKAJIAN
FISIK (Objektif)
1.
KEADAAN
UMUM DAN VITAL SIGN
Keadaan
umum : Baik
2.
PERNAFASAN
/ SIRKULASI
Kualitas
: Dalam batas normal
Batuk
: Tidak
Auskultasi
:
Lobus kanan atas : dalam batas normal
Lobus kiri atas : dalam batas normal
Lobus kanan bawah : dalam batas normal
Lobus kanan bawah : dalam batas normal
Bunyi
jantung : dalam batas normal
Pembesaran
vena jugularis : tidak
Nadi
kaki kanan (pedalis) : kuat
Nadi
kaki kiri (pedalis) : kuat
3.
METABOLIK
– INTEGUMEN
Kulit
:
Warna : Dalam batas normal
Suhu kulit : Dalam batas normal
Edema : Tidak ada
Lesi :
Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
` Gatal – gatal : ya (di tangan jika makan ikan laut dan ayam potong)
Gusi :
Dalam batas normal
Gigi :
Berlobang
Abdomen
Bising usus : ada
Nyeri tekan : tidak
Kembung : tidak
Teraba massa : tidak
4.
NEURO
/ SENSORI
Pupil : sama
Reaksi
terhadap cahaya
Kiri :
ya
Kanan : ya
Keseimbangan :baik
Kecepatan
berjalan : cukup
Genggaman
tangan : sama kuat
Otot
kaki : sama kuat
Parastesia
/ kesemutan: ya (jika duduk terlalu lama)
Anastesia
: tidak
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Jenis
|
Hb
|
GDP
/GD 2 Jam PP
|
HDL
/ LDL / VLDL
|
Uric
Acid
|
Ureum
|
Widal
|
Lain
- 2
|
Lain
- 2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. Foto
Rontgen :
3. ECG :
4. USG :
5. Lain
– lain :
DAFTAR PENGOBATAN SEKARANG (diresepkan)
Nama
obat
|
Dosis
|
Cara
pembuatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nama perawat :
Tanda
tangan :
Jabatan : Tangan :
Lampiran
Form 1 :
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia :
No
|
Indicators
|
score
|
1
|
Menderita
sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis makanna yang
dikomsusikan
|
2
|
2
|
Makan
kurang dari 2 kali dalam sehari
|
3
|
3
|
Makan
sedikit buah, sayur atau olahan susu
|
2
|
4
|
Mempunyai
tiga atau lebih kebiasaan minum – minuman beralkohol setiap harinya
|
2
|
5
|
Mempunyai
masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat makan makanan yang
keras
|
2
|
6
|
Tidak
terlalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan
|
4
|
7
|
Lebih
sering makan sendirian
|
1
|
8
|
Mempunyai
keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih setiap harinya
|
1
|
9
|
Mengalami
penurunan berat badan 5 kg dalam enam bulan terakhir
|
2
|
10
|
Tidak
selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, memasak atau makan
sendiri
|
2
|
|
Total
score
|
|
Interpretations :
0-2 : Good 3-5: Moderate nutritional risk 6> : High nutritional risk
Lampiran
Form 2 :
1.
Pengkajian
Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap 1
1) Apakah
klien mengalami susah tidur?
2) Ada
masalah atau banyak fikiran?
3) Apakah
klien murung atau menangis sendiri?
4) Apakah
klien sering was-was atau kuatir?

Lanjutkan pertanyaan tahap
2 jika jawaban ya 1 atau lebih
Pertanyaan
Tahap 2
1) Keluhan
lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1kali dalam 1 bulan
2) Ada
masalah atau banyak fikiran
3) Ada
gangguan atau masalah dengan orang lain
4) Menggunakan
obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
5) Cenderung
,mengurung diri

Kesimpulan : Gangguan
Emosional tidak ada masalah
Lampiran
Form 3 :
2.
Pengkajian
Tingkat Kerusakan Intelektual
Dengan
menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner)
Ajukan
beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini :
Benar
|
Salah
|
Nomor
|
Pertanyaan
|
|
|
1
|
Tanggal
berapa hari ini ?
|
|
|
2
|
Hari
apa sekarang ?
|
|
|
3
|
Apa
nama tempat ini?
|
|
|
4
|
Dimana
alamat anda ?
|
|
|
5
|
Berapa
umur anda ?
|
|
|
6
|
Kapan
anda lahir ?
|
|
|
7
|
Siapa
Presiden Indonesia?
|
|
|
8
|
Siapa
Presiden Indonesia sebelumnya ?
|
|
|
9
|
Siapa
nama ibu anda ?
|
|
|
10
|
Kurangi
3 dari 10 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, secara menurun.
|
Jumlah
|
|
Interpretasi :
Salah 0-3 : Fungsi
intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi
intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi
intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi
intelektual kerusakan berat
Kesimpulan :
Lampiran
Form 4 :
3.
IDENTIFIKASI
ASPEK KOGNITIF
Dengan
menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
No
|
Aspek
Kognitif
|
Nilai
Kognitif
|
Nilai
Klien
|
Kriteria
|
|||
1
|
Orientasi
|
5
|
5
|
Menyebutkan
dengan benar :
Tahun
: 2015, Hari : Selasa
Musim
: Penghujan, Bulan: Juni
Tanggal:
9
|
|||
2
|
Orientasi
|
5
|
5
|
Dimana
sekarang kita berada ?
Negara
: Indonesia, Propinsi : Jawa Timur, Kabupaten/Kota: Malang
|
|||
3
|
Registrasi
|
3
|
3
|
Sebutkan
3 nama objek (misal: kursi, meja, kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab:
1.
Kursi 2. Meja
3. Kertas
|
|||
4
|
Perhatian
dan Kalkulasi
|
5
|
5
|
Meminta
klien berhitung mulai dari 100 kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban
:
1)
93 2)
86 3)79 4) 72
5)65
Mint
|
|||
5
|
Mengingat
|
3
|
3
|
Minta
klien untuk mengulangi ketiga objek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
|
|||
6
|
Bahasa
|
9
|
9
|
Menanyakan
pada klien tentang benda (sambil menunjukkan benda tersebut).
1.
Bulpoin
2.
Kursi
3.
Minta klien untuk mengulangi kata
berikut : “tidak ada, dan, jika, atau tetapi”
Klien
menjawab : Bulpoin dan kursi
Minta
klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3 langkah.
4.
Ambil kertas di tangan anda
5.
Lipat dua
6.
Taruh di lantai
Perintahkan
pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin).
7.
“Tutup mata anda”
8.
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9.
Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk.
![]() ![]() |
|||
Total
Nilai
|
30
|
30
|
|
Interpretasi
hasil :
24
– 30 : tidak ada gangguan kognitif
18
– 23 : gangguan kognitif sedang
0
– 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan
: tidak ada gangguan kognitif
Lampiran Form 5
Pengkajian kecemasan
(GeriatricbAnxiety Scale)
No
|
Pertanyaan
|
Nilai
|
Ket
|
|||
Tidak
pernah (0)
|
Pernah
(1)
|
Jarang
(2)
|
Sering
(3)
|
|||
1
|
Apakah
anada merasa jantung berdebar kencang dan kuat?
|
|
|
|
|
|
2
|
Apakah
nafas anda pendek?
|
|
|
|
|
|
3
|
Apakah
anda mengalami gangguan pencernaaan?
|
|
|
|
|
|
4
|
Apakah
anda merasa seperti hal yang tidak nyata atau diluar diri anda sendiri?
|
|
|
|
|
|
5
|
Apakah
anda merasa seperti kehilangan kontrol?
|
|
|
|
|
|
6
|
Apakah
anda takut dihakimi oleh orang lain?
|
|
|
|
|
|
7
|
Apakah
anda malu / takut dipermalukan?
|
|
|
|
|
|
8
|
Apakah
anda sulit untuk tidur?
|
|
|
|
|
|
9
|
Apakah
anda kesulitan untuk tettap tertidur / tidak nyenyak?
|
|
|
|
|
|
10
|
Apakah
anda mudah tersinggung?
|
|
|
|
|
|
11
|
Apakah
anda mudah marah?
|
|
|
|
|
|
12
|
Apakah
anda mengalami kesulitan berkonsentrasi?
|
|
|
|
|
|
13
|
Apakah
anda mudah terkejut?
|
|
|
|
|
|
14
|
Apakah
anda kurang tertarik dalam melakukan sesuatu yang anda senangi?
|
|
|
|
|
|
15
|
Apakah
anda merasa terpisah atau terisolasi dari orang lain?
|
|
|
|
|
|
16
|
Apakah
anda merasa seperti pusing / bingung?
|
|
|
|
|
|
17
|
Apakah
anda sulit untuk duduk diam?
|
|
|
|
|
|
18
|
Apakah
anda merasa terlalu khawatir?
|
|
|
|
|
|
19
|
Apakah
anda tidak bisa mengendalikan kecemasan anda?
|
|
|
|
|
|
20
|
Apakah
anda merasa gelisah, tegang?
|
|
|
|
|
|
21
|
Apakah
anda merasa lelah?
|
|
|
|
|
|
22
|
Apakah
anda merasa otot – otot tegang?
|
|
|
|
|
|
23
|
Apakah
anda mengalami sakit punggung, sakit leher, atau otot kram?
|
|
|
|
|
|
24
|
Apakah
anda merasa hidup anda anda tidak terkontrol?
|
|
|
|
|
|
25
|
Apakah
anda merasa sesuatu yang menakutkan akan terjadi?
|
|
|
|
|
|
Jawaban dengan rentang
dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (sering). Adapun cara penilaiannya adalah
dengan sistem skoring tersebut yaitu :
Nilai
0 = tidak pernah sama sekali, Nilai 1 = pernah, Nilai 3 = sering
Rentang hasil skor dari
0 hingga 75, semakin tinggi skor mengidentifikasikan semakin level kecemasan
tertinggi.
Nilai 0 – 18 : level minimal dan kecemasan => skor :
14
Nilai
19 – 37 : kecemasan ringan
Nilai
38 – 55 : kecemasan sedang
Nilai
56 – 75 : kecemasan berat
Lampiran
Form 6
PengkajianDepresi
Geriatric
Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Golongan
Nursing , 2006
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
||
Ya
|
Tdk
|
Hasil
|
||
1.
|
Anda puas dengan kehidupan anda saat ini
|
0
|
1
|
0
|
2.
|
Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan
|
1
|
0
|
0
|
3.
|
Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong
|
1
|
0
|
0
|
4.
|
Andaseringmerasabosan
|
1
|
0
|
0
|
5.
|
Andamemilikimotivasi yang baiksepanjangwaktu
|
0
|
1
|
1
|
6.
|
Anda takut ada sesuatu yang buruk
terjadi
pada
anda
|
1
|
0
|
0
|
7.
|
Anda lebih merasa bahagia di sepanjang
waktu
|
0
|
1
|
0
|
8.
|
Anda sering merasakan butuh bantuan
|
1
|
0
|
0
|
9.
|
Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan sesuatu hal
|
1
|
0
|
1
|
10.
|
Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda
|
1
|
0
|
1
|
11.
|
Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa
|
0
|
1
|
0
|
12.
|
Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda
|
1
|
0
|
1
|
13.
|
Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat
|
0
|
1
|
0
|
14.
|
Anda merasa tidak punya harapan
|
1
|
0
|
0
|
15.
|
Anda berfikir bahwa orang lain lebih
dari
diri
anda
|
1
|
0
|
0
|
|
4
|
Interpensi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan deperesi
Lampiran
Form 7:
APGAR
KELUARGA DENGAN LANSIA
AlatSkrining
yang dapatdigunakanuntukmengkajifungsi social lansia
No
|
URAIAN
|
FUNGSI
|
SKORE
|
1.
|
Sayapuasbahwasayadapatkembalipadakeluarga
(teman-teman) sayauntukmembantupadawaktusesuatumenyusahkansaya
|
ADAPTIONOWTH
|
1
|
2.
|
sayapuasdengancarakeluarga (teman-teman) sayamembicarakansesuatudengansayadanmenungkapkanmasalahdengansaya
|
PARTNERSHIP
|
2
|
3.
|
Sayapuasdengancarakeluarga (teman-teman)
sayamenerimadanmendukungkeinginansayauntukmelakukanaktifitas / arahbaru
|
GROWTH
|
2
|
4.
|
Sayapuasdengankeluarga (teman-teman) sayamengekpresikanefekdanberesponterhadapemosi-emosisayasepertimarah,
sedih / mencintai
|
AFFECTION
|
2
|
5.
|
Sayapuasdengancarateman-temansayadansayamenyediakanwaktubersama-sama
|
RESOLVE
|
2
|
KategoriSkor :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
1). Selalu :skore2
2). Kadang-kadang :1 3). Hampirtidakpernah : skore0
Interpretasi :
<3 = Disfungsiberat
4-6 = Disfungsisedang
>6 = Fungsibaik=>skor 9
|
TOTAL
|
9
|
Lampiran form 8
Pengkajian keseimbangan
No
|
Instruksi Penilaian (TINETI BALANCE)
|
SKOR
|
1
|
Posisi Duduk
a. Belajar atau slide di kursi
b.
Stabil
dan aman
|
0
![]() |
2
|
Berdiri dari kursi
a.
Tidak
mampu, bila tanpa bantuan
b.
Mampu,
tapi menggunakan kekuatan lengan
c. Mampu berdiri spontan, tanpa menggunakan
lengan
|
0
1
![]() |
3
|
Usaha untuk berdiri
a.
Tidak
mampu, bila tanpa bantuan
b.
Mampu,
lebih dari 1 upaya
c. Mampu dalam satu kali upaya
|
0
1
![]() |
4
|
Berdiri dari kursi
( segera dalam 5 detik pertama)
a.
Tidak
kokoh ( goyah, terhuyun-huyun, tidak stabil)
b.
Kokoh,
tetapi dengan alat bantu ( walker atau tongkat, pegangan sesuatu)
c.
Berdiri
tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat bantu/pegangan
|
0
![]() |
5
|
Keseimbangan
berdiri
a.
Tidak
kokoh (goyah, tidak stabil)
b.
Berdiri
dengan kaki melebar ( jarak antara kedua kaki > 4 inci ) atau menggunakan
alat bantu ( walker atau tongkat, pegangan sesuatu)
c.
Berdiri
tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat bantu/pegangan
|
0
![]() |
6
|
Subyek dalam
posisi maksimum dengan kaki sedekat mungkin, kemudian pemeriksa mendorong
perlahan tulang dada subyek 3x dengan telapak tangan
a.
Mulai
terjatuh
b.
Goyah/sempoyongan,
tapi dapat mengendalikan diri
c.
Kokoh
berdiri (stabil)
|
0
![]() |
7
|
Berdiri dengan
mata tertutup
a.
Tidak
kokoh (goyah,sempoyongan)
b.
Berdiri
kokoh (stabil)
|
![]() |
8
|
8.1 berbalik 3600
a. tidak mampu
melanjutkan langkah (berputar)
![]()
8.2 berbalik 3600
![]()
d. Berdiri kokoh
(stabil)
|
0
|
9
|
Duduk ke kursi
a.
Tidak
aman ( kesalahan mempersepsikan jarak, langsung menjatuhkan diri ke kursi)
b.
Menggunakan
kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan
c.
Aman,
gerakan perlahan-lahan
|
0
![]() |
10
|
Merlakukan
perintah untuk berjalan
a.
Ragu-ragu,
mencari objek untuk dukungan
b.
Tidak
ragu-ragu, mantap, aman
|
![]() |
11
|
11.1 ketinggian
kaki saat melangkah
a. Kaki kanan:
- kenaikan tidak
konstan, menyeret, atau mengangkat kaki terlalu tinggi >5 cm
-konstan dan
tinggi langkah normal
b. kaki kiri:
- kenaikan tidak
konstan, menyeret, atau mengangkat kaki terlalu tinggi > 5 cm
- konstan dan
tinggi langkah normal
11.2 Panjang
langkah kaki:
a. Kaki kanan
- langkah pendek
tidak melewati kaki kiri
-melewati kaki
kiri
b. Kaki kiri
-langkah pendek
tidak melewati kaki kanan
-melewati kaki
kanan
|
![]() ![]() ![]() ![]() |
12
|
Kesimetrisan
langkah
a.
Panjang
langkah kaki kanan dan kiri tidak sama
b.
Panjang
langkah kaki kanan dan kaki kiri sama
|
![]() |
13
|
Kontinuitas
langkah kaki
a.
Menghentkan
langkah kaki diantara langkah (langkah-berhenti-langkah)
b.
Langkah
terus menerus / berkesinambungan
|
![]() |
14
|
Berjalan pada
jalur yang ditentukan atau koridor
a.
Penyimpangan
jalur yang terlalu jauh
b.
Penyimpangan
jalur ringan /sedang/ alat bantu
c.
Berjalan
lurus sesuai jalur tanpa alat bantu
|
![]() |
15
|
Sikap tubuh saat
berdiri
a.
Terhuyun-huyun,
butuh alat bantu
b.
Tidak
terhuyun-huyun, tapi lutut flekski/ kedua tangan dilebarkan
c.
Tubuh
stabil , tanpa lutut fleksi dan meregangkan tangan
|
![]() |
16
|
Sikap berjalan
a.
![]()
b.
Tumit
menyentuh lantai
|
|
|
TOTAL SKOR
|
12
|
Tinetti Balance + Tinetti Gait (1993)
|
28
|
Interpretasi:
≤ 18 = resiko jatuh tinggi
19-23 = resiko jatuh sedang
≥24 = resiko jatuh rendah
PENGKAJIAN
FOKUS
Tanggal / Nama
Perawat
|
Data Fokus
|
Masalah
|
|
Pola Istirahat- Tidur
S:
klien mengatakan sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur
kembali
O
: - kebiasaan waktu tidur klien hanya 5 jam/hari (4 jam /malam, 1 jam/siang)
|
Perubahan
pola tidur
|
DAFTAR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
Klien :
Ruang :
Diagnosa
keperawatan / Masalah Kolaboratif
|
Evaluasi
Kemajuan
|
|||||
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
Tgl
|
|
Perubahan pola tidur
berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kode
Status A = Aktif T = Teratasi D
= Disingkirkan *T = Tidak Berubah
Kode
Evaluasi S = Stabil M = Membaik *B = Memburuk K = Kemajuan
*TK = Tidak Ada Kemajuan
|
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
Klien :
Ruang :
Diagnosa
keperawatan / Masalah Kolaboratif
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Tgl/Inisial
Perawat
|
Intervensi
|
Perubahan pola tidur
berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan pola tidur
pada klien.
Kriteria
Hasil :
·
Memahami
factor penyebab gangguan pola tidur.
·
Mampu
menentukan penyebab tidur inadekuat.
·
Mampu
menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang (melamun).
·
Tampak
atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
|
|
1. Jangan menganjurkan klien tidur
siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari.
2.
Tentukan
kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi
susu hangat).
3.
Memberika
lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi
ruang adekuat, suhu yang sesuai, menghindari kebisingan).
4.
Buat
jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda
vital, mengubah posisi).
5.
Berikan
kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan
aktivitas mental/fisik pada sore hari.
6. Turunkan jumlah minuman sore.
Lakukan berkemih sebelum tidur.
|
CATATAN
KEMAJUAN KEPERAWATAN (SOAP)
Nama
Klien :
Ruang :
Tanggal
/ Jam /Diagnosa Keperawatan
|
Catatan
|
Nama
/ Tanda Tangan Perawat
|
Perubahan pola tidur
berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan keluhan verbal
tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga.
|
S : klien
mengatakan sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk tidur kembali
O : kebiasaan waktu tidur klien hanya
5
jam/hari (4
jam /malam, 1 jam/siang)
A : Masalah belum teratasi
P
: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi.2010.
Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Lumbantobing.
2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI
Nugroho,Wahjudi.1999.
Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC
Stanley,Mickey.
2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar