LAPORAN PENDAHULUAN
I.
KASUS (
MASALAH UTAMA) : WAHAM
A. Definisi
WAHAM
·
Waham adalah
suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
·
Waham adalah
keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (Aziz R, 2003).
·
Ramdi (2000)
menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat
diubah-ubah.
B. Proses
Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of
Human need
Waham diawali dengan terbatasnya
kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien
dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah.
Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan
antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia
seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of
self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari
lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self
reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya,
saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang
tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien,
materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control
internal external
Klien mencoba berfikir rasional
bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan,
menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi
kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase
environment support
Adanya beberapa orang yang
mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase
comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan
dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase
improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan
upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan
meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu
atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan
cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
·
Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi
pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress
ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna
Keliat, 2006: 147)
· Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
C. Faktor
Prediposisi WAHAM
1. Genetis : diturunkan, adanya
abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis
yang maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya
gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada
dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada
trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas,
terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
D. Faktor
Presipitasi WAHAM
1. Proses pengolahan informasi yang
berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang
abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
Rentang respon neurobiologi :
E. Manifestasi
Klinis WAHAM
a) Gangguan
fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi
pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme,
sirkumtansial)
b) Fungsi
persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c) Fungsi emosi
Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar,
afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
d)
Fungsi
motorik
Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotopik à gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e)
Fungsi
sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
f)
Dalam
tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan
isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
F. Klasifikasi
Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan
jenisnya meliputi :
a) Waham
kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus
yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”
b) Waham
curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
c) Waham agama:
individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau
masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d) Waham
somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker,
tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
f)
Waham sisip
pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
g)
Waham siar
pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
h)
Waham
kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di
luar dirinya.
Kategori
Waham :
1. Waham
sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi
walaupun hanya secara teoritis.
2. Waham
nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis
tidak mungkin
G. Penatalaksanaan WAHAM
1.
Psikofarmakologi
2.
Pasien
hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
3.
penarikan
diri high potensial
4.
ECT tipe
katatonik
5.
Psikoterapi
6.
Perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
H. Pohon
Masalah WAHAM
I.
Asuhan
Keperawatan WAHAM
1. Data yang
Perlu Dikaji
a. Resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data
subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman,
mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang
dan tidak mampu mengendalikan diri.
2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah,
nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam,
merusak dan melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
Klien
mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
c.
Perubahan
isi pikir : waham (..)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengkaji waham :
a)
Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?
b)
Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c)
Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
d)
Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e)
Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f)
Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
g)
Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1). Data subjektif
Klien
mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
Klien terlihat
lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
J. Masalah
Keperawatan WAHAM yang Mungkin Muncul
a. Resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan
komunikasi : verbal
c. Perubahan
isi pikir : waham
Rencana Keperawatan WAHAM
Diagnosa
Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
1. Tujuan umum
:
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan
khusus :
a)
Klien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
Tindakan :
·
Bina
hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik,
waktu, tempat).
·
Jangan
membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien
“saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan perawat
tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
·
Yakinkan
klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani
klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran
jangan tinggalkan klien sendirian.
·
Observasi
apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
b)
Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
·
Beri pujian
pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
·
Diskusikan
bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
·
Tanyakan apa
yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan
dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
·
Jika klien
selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
c)
Klien dapat
mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
·
Observasi
kebutuhan klien sehari-hari.
·
Diskusikan
kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit
(rasa sakit, cemas, marah)
·
Hubungkan
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
·
Tingkatkan
aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga
(buat jadwal jika mungkin).
·
Atur situasi
agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
d)
Klien dapat
berhubungan dengan realitas
Tindakan :
·
Berbicara
dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
·
Sertakan
klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
·
Berikan
pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e)
Klien dapat
menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
·
Diskusikan
dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat
·
Bantu klien
menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan
waktu).
·
Anjurkan
klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
·
Beri
reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f)
Klien dapat
dukungan dari keluarga
Tindakan :
·
Diskusikan
dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat
klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
·
Beri
reinforcement atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa
Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien
terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan
Khusus:
a)
Klien dapat
membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
·
Bina
hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
·
Panggil
klien dengan nama panggilan yang disukai.
·
Bicara
dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
·
Beri perhatian
dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
b)
Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
·
Beri
kesempatan mengungkapkan perasaan.
·
Bantu klien
mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
·
Dengarkan
ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c)
Klien dapat
mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
·
Anjurkan
klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
·
Observasi
tanda perilaku kekerasan.
·
Simpulkan
bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d)
Klien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
·
Anjurkan
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
·
Bantu
bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
·
Tanyakan
“apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
e) Klien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
·
Bicarakan
akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
·
Bersama
klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
·
Tanyakan
apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f)
Klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
·
Beri pujian
jika mengetahui cara lain yang sehat.
·
Diskusikan
cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
·
Secara
verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
·
Secara
spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
g) Klien dapat
mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
Tindakan:
· Bantu
memilih cara yang paling tepat.
· Bantu
mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
· Bantu
mensimulasikan cara yang telah dipilih.
· Beri
reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
· Anjurkan
menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
h) Klien
mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
·
Beri
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
·
Beri
reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i)
Klien dapat
menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Tindakan:
·
Diskusikan
dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
·
Bantu klien
mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
·
Anjurkan
untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Diagnosa
Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( …….. ) berhubungan dengan harga
diri rendah
1.
Tujuan umum
:
Klien tidak
terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga
dirinya.
2.
Tujuan
khusus :
a)
Klien dapat
membina hubungan saling percaya
Tindakan :
· Bina
hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan)
· Beri
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
· Sediakan
waktu untuk mendengarkan klien
· Katakan
kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri
b)
Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Tindakan :
· Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
· Hindarkan
memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis
· Klien dapat
menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c)
Klien
dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
· Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
· Diskusikan
pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d)
Klien dapat
menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
· Rencanakan
bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
· Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
· Beri contoh
cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e)
Klien dapat
melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
· Beri
kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
· Beri pujian
atas keberhasilan klien
· Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah
f)
Klien dapat
memanfaatkan sistem pendukung yang adA
Tindakan :
· Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
· Bantu
keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
· Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
· Beri
reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR
PUSTAKA
· Keliat, Budi
Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
· Aziz R, dkk.
Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
· Tim
Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
· Kusumawati
dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
· Stuart dan
Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar